Hikmah Corona, Apa yang Harus Kita Renungkan?

Salah satu hal yang sangat saya nikmati dalam perjalanan hidup saya adalah bagaimana saya bisa menyelami hikmah-hikmah kehidupan yang ada. Begitu banyak pengalaman hidup baik dari diri sendiri maupun dengan melihat kehidupan luar.

Kebetulan kegentingan saat ini yang melanda seluruh dunia adalah mengenai pandemi corona yang melanda seluruh dunia. Italia mencetak rekor kematian terbanyak di dunia, mengalahkan China negara asal Corona ini merebak. Bahkan sehari ada 700an jiwa melayang di Italia. Di Indonesia, angkanya pun terus bertambah, yang positif terkena corona ada 500an lebih, yang meninggal hamper 49an, yang sembuh 30an.

Masyarakat kacau, ada yang menimbun masker, ada yang santai nongkrong di kafe padahal disisi lain dokter-dokter meninggal karena menyelamatkan pasien, keputusan lock down tidak bisa dijalankan, takut ekonomi ambruk, padahal dolar sudah menembus angka 17ribu. Harga kebutuhan pokok naik gila-gilaan. UKM dan pedangan kaki 5 menjerit, anak istrinya kelaparan. Bahkan ada yang menyatakan rela mati demi mencari nafkah, semoga dicatat mati syahid karena berjuang mencari nafkah, kalau tidak anak-istrinya mati kelaparan. Disisi lain mereka yang punya dolar atau digaji dengan dolar, semakin senang karena pundi-pundinya semakin banyak. Oh kapitalis, semakin membuat menangis. Mereka yang lemah akan tersingkir, mereka yang kuat akan semakin berjaya. Sangat berlawanan dengan konsep ekonomi Syariah.

Ada banyak hal yang bisa kita renungkan sambil menunggu corona mereda:

  1. Membaca cerita polusi udara di China menjadi menurun dan kualitas udara jadi bersih membuat merenung, apakah begini cara Allah menjaga ciptaannya dari keserakahan makhluknya? Dengan berkata “jadi” maka jadilah virus itu dan membuat seluruh dunia menurunkan bahkan menghentikan aktifitas pabrik, ekonomi, dll yang sebagian besar melemahkan kekuatan bumi. Sehingga dengan begitu bumi menjadi lebih “meremaja” sedikit?
  2. Mungkin juga Allah sedang mengajarkan kita acara persiapan menghadapi akhir zaman, kira-kira beginilah nanti kekacauannya, bahkan lebih dahsyat?
  3. Bisa jadi Allah juga sedang mengajarkan kepada kita apa itu empati, disaat saudara Muslim kita di Palestina sudah biasa memakai masker sehari-hari karena udara disana tercemar gas beracun, sisa-sisa dentuman Meriam, dll. Kita sering lupa mereka, dunia mengisolasi mereka, dan kini dunia diisolasi oleh Allah untuk turut merasakan penderitaan yang selama ini mereka rasakan?
  4. Ataukah Allah ingin menyadarkan kita bahwa tidak ada penjagaan kehidupan yang paling paripurna selain dengan SyariatNya dalam bingkai Khilafah? Dengan melihat carut marut pemerintah mengatasi pandemic seperti ini saja, udah lemah? Alat kesehatan tidak memadai, lock down nggak mampu, ekonomi morat-marit.
  5. Atau mungkin Allah sedang mengajarkan kepada kita semua apa makna sebuah waktu? Sehingga kita lebih memaknainya dengan kebersamaan keluarga?
  6. Ah, yang jelas Allah merindukan kita, hambaNYA bersimpuh mengingatNYA, mengingat bahwa kematian itu dekat. Maka segeralah bertaubat.

Dan bisa jadi anda yang membaca ini juga memiliki tambahan renungan lain, yang jelas intinya sama, sama-sama menuju kepada mengingat Allah.

Tinggalkan komentar