CINTA JANNATI: Pernikahan Sakinah Para Perindu Surga

CINTA JANNATI: Pernikahan Sakinah Para Perindu Surga
Pemateri: Ummu Balqis
Diawali tadabbur ayat dengan berikut:
Allah SWT berfirman:

وَمِنْ اٰيٰتِهٖۤ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَا جًا لِّتَسْكُنُوْۤا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 21)

MENIKAH agar sakinah mawaddah warahmah saja tidak cukup, tapi menikah harus bisa sampai mengantarkan kita ke Jannah bersama-sama.

Fakta tingginya tingkat perceraian di Indonesia tidak bisa kita pungkiri. Banyak penyebab perceraian terjadi, diantaranya:
1. Tidak Harmonis
Harmonis = BUKAN TUJUAN AKHIR pernikahan, harmonis adalah proses yang harus diupayakan setiap pasangan suami-istri dalam pernikahannya.

2. Tidak Ada Tanggung Jawab
Tidak memahami hak dan kewajiban suami/istri.

3. Ekonomi
Kita hidup di jaman hedon, dimana yang dicari kebanyakan adalah kesenangan semu. Biasanya berupa materi. Banyak diantara kita yang hidupnya secara ekonomi miskin, tapi mereka samara, bahagia. Dan ada juga yang kaya raya, tapi cerai.

4. Faktor Pihak Ketiga

ISLAM adalah AGAMA SEMPURNA dan PARIPURNA.

Mari kita tadabbur ayat berikut:
Allah SWT berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَ هْلِيْكُمْ نَا رًا وَّقُوْدُهَا النَّا سُ وَا لْحِجَا رَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَا ظٌ شِدَا دٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 6)

Tujuan Pernikahan adalah untuk menjaga diri kita dari api neraka. Jadi menikah itu,
BUKAN SEKEDAR, supaya bahagia.
BUKAN SEKEDAR, menghalalkan sex.
BUKAN SEKEDAR, supaya ada pasangan jalan.
Bukan, bukan, itu saja.
Jadi bukan hanya sekedar bisa BAHAGIA, untuk apa bahagia jika tidak masuk surga.
Misal:
Ada sekeluarga yang have fun, dugem, pakai narkoba, mereka merasa itu membahagiakan. Tapi, apakah itu mengantarkan mereka untuk masuk surga? TIDAK!

PERNIKAHAN adalah untuk membangun keluarga yang kuat, samara, mencetak generasi umat BERTAUHID.

Adapun upaya untuk menjadikan keluarga kita samara:

1. Upaya sebelum menikah
– Mengunduh Ilmu sebanyak mungkin
Misal: Ilmu sanitasi, Ilmu parenting, Ilmu managemen emosi, Ilmu managemen keuangan, Ilmu managemen waktu, dll.
– Upgrading Diri
– Perkaya Diri dengan skill yang bermanfaat

2. Upaya selama proses menikah
Selama berproses, kita harus menautkan hati kita pada Allah. Maksimalkan proses ta’aruf karena kita harus mengenali calon kita dan keluarganya dengan baik. Jangan terburu-buru karena bisa jadi belum datangnya jodoh kita ini karena Allah sedang menanti kita untuk upgrading diri sehingga kita layak untuk menerima takdir Allah berjumpa jodoh terbaik kita.

Ada sebuah fakta kasus yang didapati bahwa:

Kasus 1
Ada 2 orang dokter, menikah, tapi selama 5 tahun pernikahan suami tidak pernah menyentuh istrinya. Awal pernikahan alasan suaminya, biar fokus Coas, tapi lama-kelamaan diusut ternyata suaminya punya kelainan orientasi seksual.

Kasus 2
Ada istri yang mengeluh kalau minta nafkah batin kepada suaminya (HSI) selalu dengan memohon-mohon. Punya anak 1 orang, tapi itu pun dengan memohon-mohon dalam proses HSI. Usut punya usut ternyata, suaminya tidak suka dengan bentuk tubuh si istrinya. Dia merasa istrinya bukan tipenya. Dan berujung pada perselingkuhan, padahal suaminya orang kajian.

Jadi, untuk para orangtua pastikan bahwa calon pasangan anak kita benar-benar yang “mau” dengan anak kita, yang bisa memberikan hak nafkah lahir-batin kepada anak kita. Jangan hanya dilihat luarnya OK, kerja OK, terlihat orang kajian. Tapi ternyata..
Tetap kroscek meski orang kajian, dan semisalnya, tetap harus dicari dan digali informasinya dengan sebanyak mungkin.

3. Upaya setelah menikah
Mengapa harus diupayakan atau diikhtiarkan?
Karena ikhtiar adalah salah satu peran penting dalam sebuah upaya samara itu sendiri.
PRA NIKAH
1. Pastikan sudah menuntaskan PR pribadi terkait ijin menikah.
Jangan sampai kita ta’aruf tapi sebenarnya hanya ingin kenal saja, atau hanya ingin dekat, cuma kepo, PHP, dst yang akhirnya tidak dinikahi.
Jangan dipusingkan untuk perkara seperti ini, yang sebenarnya harus tuntas diawal ketika memang kita sudah berkomitmen untuk menuju ke jenjang pernikahan.
Kita ini berharga, jangan mau kenalan sana-sini dengan orang yang tidak ada niatan serius.

2. Jangan bawa PR
Jangan membuka celah untuk pusing sendiri. Menikah itu nantinya akan ada PR‐PR baru, jadi jangan membawa PR lagi.
Misal:
Si A ingin menikah dengan Si B yang sering kasar. Terus Si A yakin kalau Si B nanti akan berubah ketika sudah menikahinya. BIG NO!
Jadi ketika nanti ada masalah, jangan salahkan takdir karena kita sendiri yang membawa PR itu ke dalam pernikahan.

3. Ta’aruf
4. Khitbah

PASCA NIKAH
1. Adaptasi Awal Nikah
2. Menjaga Komitmen
3. Managemen Emosi
4. Managemen Konflik

Menikah adalah pemenuhan fitrah manusia. Jadi jika ada yang ingin menikah, tidak usah malu untuk menyampaikannya, karena itu normal, berarti fitrah kita terjaga.
Banyak negara yang angka kelahirannya rendah saat ini, itu dikarenakan rusaknya fitrah. Penduduknya malas menikah, mereka hanya ingin melakukan hubungan sex dengan berganti-ganti pasangan. Sementara ISLAM, memuliakan kita dengan adanya PERNIKAHAN.

MENIKAH adalah menggenapkan separuh Dien (IBADAH). Jadi kita harus fighting di dalamnya.

MENIKAH adalah tolong menolong (at ta’awun) dari api neraka. (QS. At Tahrim: 6).

Penting bagi kita untuk perbanyak tadabbur Qur’an karena di dalamnya banyak “contekan” untuk kita pakai dalam mengarungi kehidupan ini.

Dalam QS At Tahrim ayat 6, banyak sekali turunan yang harus kita perhatikan, yaitu:
Dalam menjaga keluarga kita dari api neraka, maka kita harus tahu ilmunya, harus saling mengenal pasangan dan anggota keluarga kita, harus menuntaskan diri kita terlebih dahulu.

Kemudian, mari kita samakan persepsi mengenai,
KELUARGA IDAMAN

Keluarga Idaman adalah:
1. Yang harus bisa menjadi Ma’wah
– Tempat kembali yang nyaman dan yang dirindukan oleh semua anggota keluarganya.
– The Best Comfortable Zone.

Dalam sebuah riwayat,
Dahulu Rasulullah ketika menerima wahyu pertama di Gua Hira, Beliau kalut, gemetar, bingung, meriang. Lalu apa yang dilakukan Rasulullah?
Apa Rasul saw pergi ke tempat sahabatnya? Atau ke komunitasnya? TIDAK!
Beliau, Rasulullah saw pergi menemui istrinya, Khadijah. Dan apa yang dilakukan Khadijah?
Ketika Rasul saw datang, tidak langsung diberondong banyak pertanyaan, tapi Khadijah menyelimuti badan Rasul saw, memangku kepala Rasul. Setelah Rasul saw merasa nyaman, kemudian Rasul menceritakan apa yang dialaminya, dan Khadijah menjadi pendengar yang baik dengan tidak memotong pembicaraan Rasul saw. Khadijah pun menjadi istri Rasul yang percaya bahwa Rasul adalah sosok yang terpercaya, yang al amin saat semua orang tidak percaya akan Kenabian Muhammad saw. Khadijah pun yang mensupport dakwah Rasulullah saw dengan hartanya. Khadijah sosok istri yang tidak pernah hitung-hitungan tentang apa saja yang dia korbankan untuk suaminya. Apa yang dia lakukan adalah LilLahita’ala.
Jadi, jangan hitung-hitungan sama pasangan. Dan selalu UP kepercayaan kita kepada pasangan kita.

2. Madrasah
Pernikahan itu adalah madrasah bagi setiap anggota keluarga. Dalam sebuah pernikahan harus ada upaya untuk saling menasihati satu sama lain, saling belajar, improvement. Harus ada jadwal khusus untuk membicarakan perkara positif untuk perbaikan diri dan keluarga. Menyamakan persepsi yang terkadang berjalannya pernikahan ada yang bertentangan.

3. Memberi Kontribusi untuk Umat
Keluarga adalah miniatur terkecil dari sebuah peradaban. Maka berusahalah untuk menjadikan keluarga kita bertumbuh sehingga mempunyai manfaat untuk umat.

7 PILAR KELUARGA:

1. Keimanan
Keimanan adalah hal yang paling mendasar dari ruh sebuah keluarga. Karenanya idrak sillah billah (keterikatan dengan Allah atau kesadaran diri kita terhadap Allah) harus selalu tertanam.

2. Cinta
Cintai pasangan kita, cintai anggota keluarga kita karena Allah. Karena fisik akan berubah. Usia boleh kuat, fisik masih normal, tapi sewaktu-waktu bisa berubah karena suatu hal. Atau fisik yang kian menua karena usia. Jika kita mencintai pasangan dan keluarga kita karena Allah, maka perubahan fisik bukan menjadi suatu ujian berarti yang merubah cinta kita kepada mereka. Begitu juga dengan harta, bisa jadi awal nikah minus kemudian seiring waktu harta bertambah. Maka jangan sampai kekayaan harta kita yang bertambah menjadikan kita semakin menjauhi pasangan karena melihat rumput tetangga yang lebih hijau. Landaskan cinta kita karena Allah. Salah satu caranya adalah dengan terus menerus mengupayakan tumbuhnya mahabbah dalam rumah tangga kita melalui do’a.

3. Tarbiyah
Membuat Quality Time bersama pasangan untuk membahas hal-hal yang positif terkait evaluasi peran masing-masing.
Misal: 1 pekan sekali, ngobrol dengan pasangan berdua. Membicarakan 1 pekan kebelakang apa saja yang perlu dievaluasi. Jika kita ada hal yang tidak kita sukai dari sikap pasangan, maka sampaikan dengan baik. Selebihnya akan dibahas di poin komunikasi.

4. Paham
Saling memahami. Jangan sampai kita baper dan ribut untuk sesuatu yang tidak perlu. Caranya yang pertama adalah kenali diri kita, kenali limit kita. Kenali pasangan kita, kenali limit pasangan kita. Pahami bahwa laki-laki dan perempuan BEDA, sehingga tidak bertengkar yang tidak perlu. Karenanya pernikahan adalah ta’aruf seumur hidup.
Pernikahan adalah TEAM WORK. Akan sulit menjalani sebuah pernikahan jika kita belum berhasil “memberi makan” EGO PRIBADI.
Menikah = mencari titik temu dalam koridor syar’i. Bukan memaksakan pendapat masing-masing pihak yang dipengaruhi nafsu dan kepentingan pribadi masing-masing.
Maka pencet AKTIFKAN TOMBOL LILLAHITA’ALA. Agar apa yang kita lakukan senantiasa dalam amalan yang sesuai syariat.

5. Peduli
Peduli dengan pasangan dan anggota keluarga LilLahita’ala, jangan hitung-hitungan pengorbanan.

6. Komunikasi
Dalam sebuah komunikasi kita bisa meneladani Rasulullah saw. Dalam sebuah riwayat hadist, sahabat mengisahkan bahwa Rasulullah itu jika berbicara pelan dan jelas. Tidak cepat dan diulang sebanyak 3x agar para sahabat atau yang mendengarkan paham. Maka kita dengan pasangan kita harus meneladaninya. Komunikasi dengan pasangan harus jelas.
HINDARI 2 hal:
– Bahasa Karet: Kalau A bilang B, Kalau B bilang A.
Misal: Suami tanya istri, kamu marah ya? Istri jawab, enggak. Padahal marah. Harusnya sampaikan saja, kalau memang marah tapi dalam batasan ahsan tidak melampaui batas. Seperti, “Iya, aku marah, abang sinilah tolong buat aku ridho, peluk aku supaya aku nggak marah lagi.” (Tetap merendah).
Abu Darda (salah seorang sahabat Nabi saw) pernah berkata pada istrinya, “Wahai istriku, jika kau marah, maka akan ku buat engkau ridho, begitu juga sebaliknya. Jika aku marah, maka buatlah aku ridho. Jika tidak begitu, alangkah cepatnya kita berpisah.”

– Bahasa Kode: Kasih sinyal, tidak langsung bicara apa keinginannya.
Misal: Pengen makan itu, tapi pakai kode, terus kalau pasangannya tidak paham, marah-marah. Padahal pasangan kita bukan paranormal yang bisa baca batin kita.
Jadi, HINDARI 2 hal itu, karena itu biasanya dipakai oleh anak ABG. Kalau sudah menikah tidak ada lagi memakai bahasa seperti itu.

Komunikasi yang Efektif:
– Respect (Menghormati)
– Empati (Ikut merasakan emosinya)
– Audible (Terdengar)
– Clarify (Menjelaskan)
– Humble (Merendah)

Penghambat Komunikasi:
– Blamming Partner
– Saling Menyalahkan
– Antipati
– Tidak Solusional
– Tidak Revolusional

7. Managemen Konflik
Dalam memanage konflik ada beberapa hal yang penting untuk kita lakukan:

Action:
– Tempatkan pasangan kita seperti manusia biasa (pernah salah dan khilaf, punya kekurangan). Perbanyak memaklumi karena diri kita juga ada kekurangan dan kesalahan.
– Menjaga agar selalu dalam koridor syara’. Tidak menyelesaikan dibawah pengaruh nafsu dan emosi.
– Sabar dan menage diri
Mengontrol diri dan emosi agar tidak menyesal di kemudian hari.
– Couple Time
1. Anggarkan waktu berdua dengan pasangan, tanpa anak-anak sehingga terkondisikan suasana yang lebih intimate time.
2. Puji dan apresiasi kebaikan pasangan. Apresiasi lebih banyak dari pada kritik dan saran.
3. Minta dinasihati.
4. Evaluasi mingguan.
5. Berilah masukkan yang ingin disampaikan.
6. Saling koreksi.
7. Lakukan rutin.

Tidak ada pernikahan yang bebas konflik. Semua pernikahan pernah diuji, pernah berkonflik. Karenanya di dalamnya adalah ibadah, mengandung pahala juga dosa.

Ada Circle:
Circle primer: Keluarga inti (suami, istri, anak).
Circle sekunder: Keluarga besar (orang tua, mertua, saudara, dll).

Salah satu konflik pernikahan biasanya muncul dari Circle Sekunder. Maka jika ini dialami, yang harus kita lakukan pertama kali adalah menaruh kepercayaan pada pasangan. Kemudian saling bertabayun dan saling menguatkan.

Cara yang bisa dilakukan untuk tindakan preventif (pencegahan)
Buatlah kesepakatan dengan pasangan. Kenalkan bagaimana keluarga besar kita kepada pasangan, pahamkan mereka tentang perbedaan yang ada. Bimbing untuk beradaptasi. Kemudian buat kesepakatan bahwa jika ada salah paham yang berawal dari Circle Sekunder maka pertama harus percaya dulu, kemudian tabayun dan saling menguatkan.

ALUR MANAGEMEN KONFLIK
1. Preventif
Buat kesepakatan dengan pasangan.
2. Saat Konflik Berlangsung
Jika konflik tidak berkesudahan maka carilah pihak ketiga untuk mendamaikan.
3. Pasca Konflik
Islah.
Bertaubat, taubatan nasuha.
Saling memaafkan.
Kedua pasangan harus saling memberikan effort.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik dengan keluarganya.

KELUARGA TUMBUH = Keluarga yang memberikan kontribusi bagi peradaban.

Managemen EMOSI:
1. Hati
Adalah suatu bagian dari tubuh kita yang bila rusak, maka rusak seluruh badan, begitu pula sebaliknya. Maka jika kita EMOSI, hal yang harus dilakukan adalah lembutkan hati. Melembutkan hati caranya dengan terus menautkan hati kita pada Allah. Perbanyak ibadah mahdoh dengan khusyu’. Cek kehalalan harta kita.

Marah adalah salah itu fitrah yang dimiliki setiap manusia. Boleh kita marah, tapi tetap harus dalam kadarnya. Dan ISLAM punya solusinya yaitu TA’AWUDZ.

Dalam kondisi emosi yang marah, hal yang selanjutnya perlu kita lakukan adalah VALIDASI PERASAAN (mengakui perasaan; akui bahwa kita sedang marah).

1. Ta’awudz
2. Diam (sambil istighfar)
3. Ubah posisi (jika sedang berdiri coba ubah dengan duduk)
4. Wudhu’
5. Baring atau menyendiri terlebih dahulu sampai emosi kita stabil.

CINTA JANNATI: Menanti Saat-Saat Terindah

CINTA JANNATI: Menanti Saat-Saat Terindah
Pemateri: Ustadzah Hj. Dewi Rakhmawati, Lc.

Saat-saat sebelum menikah adalah saat penantian terindah. Menanti jodoh yang Allah takdirkan untuk kita. Jodoh yang masih misteri, karena tidak pernah kita ketahui siapa orangnya yang akan menjadi pasangan kita kelak.

Dan, dalam sebuah penantian terindah ini, yang penting harus digaris bawahi adalah HUSNUDZON kepada Allah SWT. Karena Allah sesuai prasangka hambaNya.

Mungkin orang yang kita harap dan do’akan adalah “seolah-olah” dia jodoh terbaik versi pandangan kita. Tapi belum tentu dengan versi Allah. Bisa jadi orang yang selama ini kita benci, tidak pernah kita harapkan ternyata Allah takdirkan dia sebagai jodoh kita. Itulah yang terbaik dari Allah, yang Maha Tahu. Jadi, kita jangan sampai pusing-pusing menaruh harapan kepada orang yang belum tentu dia jodoh kita. Pun juga jangan terlalu benci kepada orang lain, karena kita tidak akan pernah tahu kedepan takdir kita seperti apa.

Kemudian, dalam masa penantian ini, jangan pesimis, jangan menyerah dalam berikhtiar. Karena Allah melihat kesungguhan kita, Allah melihat upaya yang kita bangun untuk kebaikan hidup kita.

Diantara ikhtiar yang bisa dilakukan adalah:

1. Perbanyak Istighfar
Mohon ampun atas segala dosa dan khilaf kita. Rendahkan diri dan hati kita kepada Allah Sang Penggenggam Hati ini.

2. Perbanyak Do’a
Berdo’alah dengan kesungguhan pengharapan, karena Allah Tahu mana yang sungguh-sungguh dan mana yang kurang sungguh-sungguh. Do’a tidak hanya kita lakukan secara mandiri atau berdo’a sendiri. Tapi kita bisa mengetuk pintu langit dengan meminta do’a kepada banyak orang, terutama kepada orang yang sholih. Kita tidak akan pernah tahu dari lisan tulus mana do’a tersebut terkabul.

3. Produktif
Dalam masa penantian, kita harus lebih produktif, jangan malas. Jangan merasa “aku sudah nglakuin ini itu, tapi gini-gini aja”. Ikhlaskan diri kita untuk berproses dalam ikhtiar kita. Menjadi orang yang inovatif dan produktif. Membuat sebuah karya yang karya tersebut bisa dimanfaatkan oleh banyak orang. Sehingga hidup kita lebih positif. Fokus terhadap karya juga akan meminimalisir perasaan galau tak tentu arah karena kita punya step by step yang harus kita kerjakan untuk meningkatkan kualitas diri kita. Jangan diam saja menunggu datangnya jodoh. Kemudian sibuk berharap yang muluk-muluk, pengen sama Si A B C, tapi hari-hari kerjaan kita tidak ada peningkatan kualitas diri, sibuk diangan-angan dan pengharapan saja.

4. Yakin dan Optimis
Jodoh kita dituliskan 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Rosululloh shollAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah telah menulis takdir seluruh makhluk ciptaan-Nya semejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim).

Jadi jika di dunia ini sampai akhir hayat kita tidak mendapatkan jodoh, jangan khawatir, nanti di akhirat kita akan mendapatkannya, InsyaAllah.

5. Jangan merusak proses ikhtiar
Teruntuk teman-teman yang sedang dalam penantian dan pencarian jodoh. Ketika kita melihat lawan jenis, juga perlu diperhatikan ikhtiar yang dapat merusak proses kita. Misal: Jangan jadi pelakor. Ketika melihat suami orang, jangan ada terbesit untuk pengen juga bersuamikan suami saudari muslimah kita. Karena sesuatu yang dimulai dengan merusak hubungan orang lain, maka tidak ada keberkahan dalam pernikahan yang akan dibangunnya.
Perhatikan bahwa adanya pelakor adalah ketika kita tidak bisa menjaga pandangan dan jari kita. Itulah mengapa bagi yang belum sanggup menikah, maka berpuasalah. Karena puasa menjaga diri kita dari perbuatan yang munkar. Puasa adalah tameng kita.
Dan, menikah itu bukan “siapa cepat dia dapat”, tapi bila Allah berkehendak untuk menetapkan jodoh kita, maka kita akan mendapatkannya.

6. Saat penantian = Saat memperbaiki diri.
MENIKAH = Ibadah seumur hidup, sepanjang masa. Euforia pernikahan itu akan dirasakan pasangan paling tidak hanya 1 tahun setelah akad nikah. Setelah itu sampai selamanya adalah perjuangan. Setelah akad nikah masih bisa kesana kemari dengan pasangan jalan-jalan dan lain seterusnya, kemudian biasanya 1 tahun kemudian sudah hamil, melahirkan, menyusui, ngemong anak, dll. Jadi jangan dibayangkan yang indah-indah saja. Tapi juga bayangkan konsekuensi pernikahan juga.

7. Menjaga Kebiasaan
Saat belum menikah, lajang, belum bisa masak, masih lelet, suka sembarangan.
Yakin saat sudah menikah itu semua tidak terbawa?
Yakin, terbawa. Karena itu sudah kebiasaan kita. Dan akan terbawa ketika kita sudah menikah. Maka dari itu, sebelum menikah, perbanyak perbaiki diri, perbaiki kebiasaan kita. Buang kebiasaan buruk, tanamkan kebiasaan baik. Sehingga kebiasaan yang akan kita bawa ke dalam pernikahan adalah kebiasaan yang baik. Sebab menikah tidak hanya mengurus diri kita, tapi juga mengurus anak mertua kita dan anak kita kelak.

8. Menjaga Kebaikan Diri
Wanita yang baik akan mendapat laki-laki yang baik, dan begitu juga sebaliknya. Maka jagalah diri dari lingkungan yang buruk. Karena jodoh kita tersembunyi diantara kebaikan akhlak kita.

9. Perluas pergaulan dengan lingkungan yang sholih-sholihah
Dengan memperluas ukhuwah maka kita akan banyak mendapatkan informasi dan link yang semoga menjadi wasilah bertemunya kita dengan jodoh kita dalam ikhtiar yang syar’i.

Pahami Konsep Takdir
Bagaimana kita menerima takdir?
Takdir adalah sesuatu yang bisa diubah, sementara yang tidak bisa diubah adalah Qodho’.
Bagaimana cara mengubah takdir?
Bisa melalui 2 cara: do’a dan sedekah.
Perbanyak do’a dan sedekah. Semoga dengan ini Allah turunkan jodoh terbaik versi Allah untuk kita.

Ikhtiar yang Dapat Dilakukan untuk Menjemput Jodoh:

1. Memilih dan menentukan kriteria calon pasangan.
Pilih dan tentukan kriteria dengan tujuan kebaikan di dunia dan akhirat.
2. Mengenal calon pasangan dengan baik.
Kenali calon pasangan kita dengan baik, kenali orang tuanya, keluarganya. Laki-laki yang sholih adalah yang hatinya terikat dalam kebaikan dan amal sholih. Rajin berjamaah 5 waktu ke masjid. Aktif di kegiatan masjid dan dakwah Islam.
3. Mengkondisikan orang tua.
Bangun kedekatan dan komunikasi yang baik dengan orang tua, sehingga timbul saling percaya dan memahami antara keinginan orang tua dan anak.
4. Ta’aruf.
Jangan “membeli kucing dalam karung”. Sesi ta’aruf adalah sesi yang harus dimaksimalkan. Banyaklah menggali informasi si calon.
5. Istikharah.
Minta kepada Allah petunjuk mana yang terbaik untuk kita, untuk kebaikan dunia dan akhirat kita.
6. Khitbah.
Meminang. Dalam sesi ini, perlu diingat bahwa khitbah itu masih pinangan, belum akad nikah. Jadi belum halal. Jaga interaksi.
Tanya-Jawab:

Tanya:
1. Jodoh diciptakan jauh-jauh hari sebelum penciptaan kita. Kalau orang yang sudah menikah, kemudian cerai. Apa artinya belum berjodoh?

Jawab:
1. Jodoh yang Allah tetapkan yang pertama kali memang adalah jodoh kita. Adapun takdir, ada takdir baik-buruk. Bercerai adalah hal yang sangat dibenci Allah. Tapi jika memang itu jalan keluarnya, maka itu sudah menjadi takdirnya. Jika kelak dia menikah lagi, maka itulah jodoh dia selanjutnya. Pasangan sebelumnya hanya berjodoh sampai usia pernikahannya.
Jika ada perempuan menikah, kemudian suaminya meninggal, dia nikah lagi. Maka di surga, dia akan dikumpulkan dengan suami terakhir yang dinikahinya. Jika dia tidak menikah lagi, maka dia akan dikumpulkan dengan suami dia satu-satunya yang dia nikahi. Beda dengan laki-laki, akan dikumpulkan dengan semua istri yang pernah dia nikahi.
Wallahu’alam bswb..
NB:
1. Rangkuman materi ini boleh dishare, dengan tidak menambah atau mengurangi tulisan di dalamnya, tetap mencantumkan sumber.
2. Rangkuman ini dibuat dengan bahasa redaksional penulis, tidak 100% persis kata per kata pemateri, namun konten sesuai dengan apa yang disampaikan pemateri.
3. Penulis hanya merangkum materi. Adapun perbedaan pendapat mengenai ilmu atau isi materi di luar kapasitas penulis.
Pekanbaru, 1 Februari 2020
Indi Maretia