CINTA JANNATI: Menanti Saat-Saat Terindah

CINTA JANNATI: Menanti Saat-Saat Terindah
Pemateri: Ustadzah Hj. Dewi Rakhmawati, Lc.

Saat-saat sebelum menikah adalah saat penantian terindah. Menanti jodoh yang Allah takdirkan untuk kita. Jodoh yang masih misteri, karena tidak pernah kita ketahui siapa orangnya yang akan menjadi pasangan kita kelak.

Dan, dalam sebuah penantian terindah ini, yang penting harus digaris bawahi adalah HUSNUDZON kepada Allah SWT. Karena Allah sesuai prasangka hambaNya.

Mungkin orang yang kita harap dan do’akan adalah “seolah-olah” dia jodoh terbaik versi pandangan kita. Tapi belum tentu dengan versi Allah. Bisa jadi orang yang selama ini kita benci, tidak pernah kita harapkan ternyata Allah takdirkan dia sebagai jodoh kita. Itulah yang terbaik dari Allah, yang Maha Tahu. Jadi, kita jangan sampai pusing-pusing menaruh harapan kepada orang yang belum tentu dia jodoh kita. Pun juga jangan terlalu benci kepada orang lain, karena kita tidak akan pernah tahu kedepan takdir kita seperti apa.

Kemudian, dalam masa penantian ini, jangan pesimis, jangan menyerah dalam berikhtiar. Karena Allah melihat kesungguhan kita, Allah melihat upaya yang kita bangun untuk kebaikan hidup kita.

Diantara ikhtiar yang bisa dilakukan adalah:

1. Perbanyak Istighfar
Mohon ampun atas segala dosa dan khilaf kita. Rendahkan diri dan hati kita kepada Allah Sang Penggenggam Hati ini.

2. Perbanyak Do’a
Berdo’alah dengan kesungguhan pengharapan, karena Allah Tahu mana yang sungguh-sungguh dan mana yang kurang sungguh-sungguh. Do’a tidak hanya kita lakukan secara mandiri atau berdo’a sendiri. Tapi kita bisa mengetuk pintu langit dengan meminta do’a kepada banyak orang, terutama kepada orang yang sholih. Kita tidak akan pernah tahu dari lisan tulus mana do’a tersebut terkabul.

3. Produktif
Dalam masa penantian, kita harus lebih produktif, jangan malas. Jangan merasa “aku sudah nglakuin ini itu, tapi gini-gini aja”. Ikhlaskan diri kita untuk berproses dalam ikhtiar kita. Menjadi orang yang inovatif dan produktif. Membuat sebuah karya yang karya tersebut bisa dimanfaatkan oleh banyak orang. Sehingga hidup kita lebih positif. Fokus terhadap karya juga akan meminimalisir perasaan galau tak tentu arah karena kita punya step by step yang harus kita kerjakan untuk meningkatkan kualitas diri kita. Jangan diam saja menunggu datangnya jodoh. Kemudian sibuk berharap yang muluk-muluk, pengen sama Si A B C, tapi hari-hari kerjaan kita tidak ada peningkatan kualitas diri, sibuk diangan-angan dan pengharapan saja.

4. Yakin dan Optimis
Jodoh kita dituliskan 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Rosululloh shollAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah telah menulis takdir seluruh makhluk ciptaan-Nya semejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim).

Jadi jika di dunia ini sampai akhir hayat kita tidak mendapatkan jodoh, jangan khawatir, nanti di akhirat kita akan mendapatkannya, InsyaAllah.

5. Jangan merusak proses ikhtiar
Teruntuk teman-teman yang sedang dalam penantian dan pencarian jodoh. Ketika kita melihat lawan jenis, juga perlu diperhatikan ikhtiar yang dapat merusak proses kita. Misal: Jangan jadi pelakor. Ketika melihat suami orang, jangan ada terbesit untuk pengen juga bersuamikan suami saudari muslimah kita. Karena sesuatu yang dimulai dengan merusak hubungan orang lain, maka tidak ada keberkahan dalam pernikahan yang akan dibangunnya.
Perhatikan bahwa adanya pelakor adalah ketika kita tidak bisa menjaga pandangan dan jari kita. Itulah mengapa bagi yang belum sanggup menikah, maka berpuasalah. Karena puasa menjaga diri kita dari perbuatan yang munkar. Puasa adalah tameng kita.
Dan, menikah itu bukan “siapa cepat dia dapat”, tapi bila Allah berkehendak untuk menetapkan jodoh kita, maka kita akan mendapatkannya.

6. Saat penantian = Saat memperbaiki diri.
MENIKAH = Ibadah seumur hidup, sepanjang masa. Euforia pernikahan itu akan dirasakan pasangan paling tidak hanya 1 tahun setelah akad nikah. Setelah itu sampai selamanya adalah perjuangan. Setelah akad nikah masih bisa kesana kemari dengan pasangan jalan-jalan dan lain seterusnya, kemudian biasanya 1 tahun kemudian sudah hamil, melahirkan, menyusui, ngemong anak, dll. Jadi jangan dibayangkan yang indah-indah saja. Tapi juga bayangkan konsekuensi pernikahan juga.

7. Menjaga Kebiasaan
Saat belum menikah, lajang, belum bisa masak, masih lelet, suka sembarangan.
Yakin saat sudah menikah itu semua tidak terbawa?
Yakin, terbawa. Karena itu sudah kebiasaan kita. Dan akan terbawa ketika kita sudah menikah. Maka dari itu, sebelum menikah, perbanyak perbaiki diri, perbaiki kebiasaan kita. Buang kebiasaan buruk, tanamkan kebiasaan baik. Sehingga kebiasaan yang akan kita bawa ke dalam pernikahan adalah kebiasaan yang baik. Sebab menikah tidak hanya mengurus diri kita, tapi juga mengurus anak mertua kita dan anak kita kelak.

8. Menjaga Kebaikan Diri
Wanita yang baik akan mendapat laki-laki yang baik, dan begitu juga sebaliknya. Maka jagalah diri dari lingkungan yang buruk. Karena jodoh kita tersembunyi diantara kebaikan akhlak kita.

9. Perluas pergaulan dengan lingkungan yang sholih-sholihah
Dengan memperluas ukhuwah maka kita akan banyak mendapatkan informasi dan link yang semoga menjadi wasilah bertemunya kita dengan jodoh kita dalam ikhtiar yang syar’i.

Pahami Konsep Takdir
Bagaimana kita menerima takdir?
Takdir adalah sesuatu yang bisa diubah, sementara yang tidak bisa diubah adalah Qodho’.
Bagaimana cara mengubah takdir?
Bisa melalui 2 cara: do’a dan sedekah.
Perbanyak do’a dan sedekah. Semoga dengan ini Allah turunkan jodoh terbaik versi Allah untuk kita.

Ikhtiar yang Dapat Dilakukan untuk Menjemput Jodoh:

1. Memilih dan menentukan kriteria calon pasangan.
Pilih dan tentukan kriteria dengan tujuan kebaikan di dunia dan akhirat.
2. Mengenal calon pasangan dengan baik.
Kenali calon pasangan kita dengan baik, kenali orang tuanya, keluarganya. Laki-laki yang sholih adalah yang hatinya terikat dalam kebaikan dan amal sholih. Rajin berjamaah 5 waktu ke masjid. Aktif di kegiatan masjid dan dakwah Islam.
3. Mengkondisikan orang tua.
Bangun kedekatan dan komunikasi yang baik dengan orang tua, sehingga timbul saling percaya dan memahami antara keinginan orang tua dan anak.
4. Ta’aruf.
Jangan “membeli kucing dalam karung”. Sesi ta’aruf adalah sesi yang harus dimaksimalkan. Banyaklah menggali informasi si calon.
5. Istikharah.
Minta kepada Allah petunjuk mana yang terbaik untuk kita, untuk kebaikan dunia dan akhirat kita.
6. Khitbah.
Meminang. Dalam sesi ini, perlu diingat bahwa khitbah itu masih pinangan, belum akad nikah. Jadi belum halal. Jaga interaksi.
Tanya-Jawab:

Tanya:
1. Jodoh diciptakan jauh-jauh hari sebelum penciptaan kita. Kalau orang yang sudah menikah, kemudian cerai. Apa artinya belum berjodoh?

Jawab:
1. Jodoh yang Allah tetapkan yang pertama kali memang adalah jodoh kita. Adapun takdir, ada takdir baik-buruk. Bercerai adalah hal yang sangat dibenci Allah. Tapi jika memang itu jalan keluarnya, maka itu sudah menjadi takdirnya. Jika kelak dia menikah lagi, maka itulah jodoh dia selanjutnya. Pasangan sebelumnya hanya berjodoh sampai usia pernikahannya.
Jika ada perempuan menikah, kemudian suaminya meninggal, dia nikah lagi. Maka di surga, dia akan dikumpulkan dengan suami terakhir yang dinikahinya. Jika dia tidak menikah lagi, maka dia akan dikumpulkan dengan suami dia satu-satunya yang dia nikahi. Beda dengan laki-laki, akan dikumpulkan dengan semua istri yang pernah dia nikahi.
Wallahu’alam bswb..
NB:
1. Rangkuman materi ini boleh dishare, dengan tidak menambah atau mengurangi tulisan di dalamnya, tetap mencantumkan sumber.
2. Rangkuman ini dibuat dengan bahasa redaksional penulis, tidak 100% persis kata per kata pemateri, namun konten sesuai dengan apa yang disampaikan pemateri.
3. Penulis hanya merangkum materi. Adapun perbedaan pendapat mengenai ilmu atau isi materi di luar kapasitas penulis.
Pekanbaru, 1 Februari 2020
Indi Maretia

Tinggalkan komentar